Pengertian metode penyuluhan pertanian
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian
materi penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya
serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan
metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas
utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan
sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan
dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka
keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan
dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman
proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh
seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya
karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah
ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan
seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat
tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya.
Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan
penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah
sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai,
penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan
perorangan, kelompok, dan massal.
Tujuan Pemilihan
Metode Penyuluhan Pertanian
Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses
belajar mengajarseseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di
dalamnya. Hal in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam
penelitiannya memperolehhasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5%
melalui indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar
dan 83% melalui indera penglihat.
Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu
prosesuntuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap
melaluiserangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
1) Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang
adanya inovasi yangditawarkan oleh penyuluh
2) Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang
seringkali ditandai oleh keinginanuntuk bertanya atau untuk mengetahui lebih
banyak tentang segala sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh
penyuluh.
3) Tahap menilai yaitu penilaian terhadap
baik/buruk atau manfaat inovasi yangtelah diketahui informasinya secara lebih
lengkap.
4) Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai
mencoba dalam skala keciluntuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum
menerapkan untuk skala yanglebih luas.
5) Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh
keyakinan berdasarkanpenilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati
sendiri.
Jadi tujuan pemilihan
metode penyuluhan adalah:
1) agar penyuluhpertanian dapat menetapkan suatu
metode atau kombinasi beberapa metode yangtepat dan berhasil guna,
2) agar kegiatan penyuluhan pertanian yang
dilaksanakanuntuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan
perilaku petanidan anggota keluarganya dapat berdayaguna dan berhasilguna.
5.3 Penggolongan metode Penyuluhan
Pada
prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam
pendekatannya :
A. Penggolongan
dari Segi Komunikasi
Metoda
penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1.
Metoda-metoda
yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini
penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat
peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam kursus tani, dalam
penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2.
Metoda-metoda
yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak
langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan
pesannya melalui perantara (media)
B. Penggolongan
berdasarkan indera penerima
Adapun penggolongan
metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. Metode yang dilaksanakan dengan jalan
memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya
penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.
2. Metode yang disampaikan melalui indra
pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone
serata alat-alat audiotif lainnya.
3. Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran
melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya:
1. Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan
diraba)
2. Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan
diraba)
3. Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)
C. Penggolongan Berdasarkan Pendekatan Kepada Sasaran
a) Metode
berdasarkan pendekatan perorangan
Dalam
metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut
Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai,
metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk
mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu
akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang
berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan
masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode
pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif
dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka
pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang
membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan.Contohnya :
a. Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani
berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b. Surat menyurat secara perorangan.
c. Demonstrasi pilot.
d. Belajar perorangan, belajar praktek.
e. Hubungan telepon
b) Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam
metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara
kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut
Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak
dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat
yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga
terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan.
Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil
guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan
balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman
maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan
kelompok sasaran Contohya :
a. pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di
balai desa, dan lain-lain.
b. Perlombaan.
c. Demonstrtasi cara/hasil.
d. Kursus tani.
e. Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f. Karyawisata.
g. Hari lapangan petani (farm field day).
Ciri khusus metode kelompok :
a. Menjangkau lebih banyak sasaran
b. Penyatuan pengalaman petani
c. Memperkuat pembentukan sikap petani
d. Pertemuan dapat diulang
e. Keterlibatan petani bisa lebih aktif
c) Metode berdasarkan pendekatan massal
Metode
pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini
dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi
penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan
kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan
penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa
sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins,
1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum,
siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster,
surat kabar, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan
pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah
banyak secara sekaligus.
Contohya :
a. Rapat (pertemuan umum)
b. Siaran pedesaan melalui Radio/TV
c. Pemuatan film/slide
d. Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet,
folder, booklet dan sebgainya)
e. Pemasangan Foster dan Spanduk
f. Pertunjukan Kesenian
Beragamnya
metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian
metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan
kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan perorangan, kelompok dan
massal
Metode
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Penyuluhan perorangan
|
§ Waktu lebih efisien
§ Adanya persiapan yang mantap
|
§ Komunikasi tersamar
§ Sifatnya lebih formal
§ Pengaruhnya relatif sukar
§ Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan
|
Penyuluhan kelompok
|
§ Relatif lebih efisien, pertanian berkelompok
§ Komunikator tidak tersamar
|
§ Masalah pengorganisasian
§ Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok
bersama
§ Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas
diskusi
§ Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok
yang cakap dan dinamis
|
Penyuluhan massal
|
§ Tidak terlalu resmi, pertanian massal
§ Penuh kepercayaan
§ Langsung dapat dirasakan
|
§ Memakan waktu lebih banyak
§ Biaya lebih besar
§ Bersifat kurang efisien pengaruhnya
|
D. Metode Penyuluhan lainnya
a) Metode Partisipatif
Metode
penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara
interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa
kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode
multidisiplin , dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal.
Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja
dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan
pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan
pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara,
anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif
merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk
memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam
peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi
yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan
(Suwandi, 2006). Dengan pelatihan
metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan
termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang
mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga
akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui
pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di
lapangan (BBPP Lembang, 2009).
Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan metode
penyuluhan partisipatif
Kelebihan
|
Kelemahan
|
|
|
b) Metode penyuluhan
berbasis ICT
Kementerian
Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian pada tahun
2010 melakukan model penyuluhan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui cyber
extension. Secara singkat dapat dikatakan bahwa cyber extension
merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet
(berbasis TIK) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan
informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran
agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha.
Sharma,
Director Information Technology, Documentation & Publications National
Institute of Agricultural Extension Management India, memberikan istilah
tentang pemanfaatan TIK untuk penyuluhan pertanian dengan sebutan “cyber
extension” (Subejo, 2008). Cyber Extension merupakan sistem
informasi penyuluhan pertanian melalui media internet, untuk mendukung
penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam
memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku
usaha (Badan PPSDMP, Kementerian Pertanian 2010). Menurut Sharma (2005) Cyber
Extension adalah penyuluhan melalui cyber space yaitu menggunakan
kekuatan jaringan on-line, komunikasi komputer dan multimedia interaktif
digital untuk memfasilitasi penyebarluasan teknologi pertanian. Elemen cyber
extension adalah (1)E-mail; (2) Penyuluhan/penyebaran informasi pertanian
berbasis Web; (3) Sistem interaktif dalam pengendalian hama dan penyakit; (4) Internet
browsing untuk penyuluhan pertanian; (5) Video Conferencing- Static,
Mobile; (6) Kisan Call Centers;(7) Satelite Communication
Networks (Sharma, 2005)
Cyber
Extension adalah program yang
dikembangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, merupakan metode
penyuluhan masa depan yang dirancang dengan tujuan, sebagai berikut: (1)
meningkatkan arus informasi dari pusat sampai tingkat petani; (2)
meningkatkan penyediaan materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh; (3)
meningkatkan akses petani dalam mendapatkan informasi; dan (4) menyediakan
peralatan komputer yang dapat mengakses informasi Cyber Extension (Badan
PPSDMP, 2010)
Tabel 4. Kelebihan dan kelemahan metode
penyuluhan berbasis ICT
Kelebihan
|
Kelemahan
|
|
|
Studi
Kasus
Rekomendasi
Aplikasi TIK Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Studi yang telah
dilakukan oleh ENRAP di Asia Pasifik (termasuk di Indonesia) menemukan bahwa
kesuksesan (efektivitas) intervensi aplikasi TIK utamanya tergantung pada dampaknya
terhadap mata pencaharian dan aset mata pencaharian. Keberlanjutan
(sustainability) suatu intervensi aplikasi TIK memiliki mempunyai dua aspek
penting, yaitu: kemampuan
dalam melanjutkannya dalam jangka panjang dan kemampuannya untuk
mengurangi sifat mudah terlukanya (vulnerabilities) dari target beneficiaries.
Adapun kesadaran dan komitmen stakeholders,
ketepatan relevansi isi, penggunaan bahasa lokal dan upaya penyediaan akses
terhadap intervensi TIK adalah faktor kritis lain yang penting bagi keefektivan
dan kesuksesan dari suatu intervensi aplikasi ICT yang ditargetkan bagi kehidupan
masyarakat perdesaan. Intervensi yang bersifat demand-driven dalam fungsinya seperti halnya teknologi tepat guna
(sesuai dengan yang dipilih atau diinginkan pengguna) mempunyai prevalensi
kesuksesan yang lebih tinggi (ENRAP 2009).
Perkembangan TIK
seperti komputer dan teknologi komunikasi, khususnya internet dapat digunakan
untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar di antara yang
menguasai informasi dan yang tidak.
Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan,
meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah, memperbesar
partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-public”
(masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi, meningkatkan
peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat dengan
memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak bersuara (perempuan) dan
kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk
wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi
dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes 2007).
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi) pertanian
yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak
mencukupi. Hal ini memberikan implikasi bahwa
informasi yang ditujukan pada petani dan agen penyuluh sangat terbatas karena
beberapa faktor, di antaranya adalah: staf universitas dari disiplin yang
berbeda, peneliti yang terlibat, politisi, pengambil kebijakan, agroindustri
dan birokrat yang memainkan peranan dalam proses promosi inovasi pertanian
tersebut. Konsekuensinya, inovasi yang terpadu hanya dapat diharapkan muncul
ketika berbagai aktor (termasuk petani), yang dapat mempengaruhi kecukupan
pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu
dilakukan upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi
pertanian (Agricultural Knowledge and Information System–AKIS).
Sistem
pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam membantu petani dengan
melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu
memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di
lapangan. Peningkatan efektivitas
jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek
penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan implementasi TIK serta peran
aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk mewujudkan jaringan informasi
inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian sangat bergantung pada peran
aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi
pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan inovasi
pertanian.
Rekomendasi
aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan adalah
aplikasi TIK yang mendorong terjadinya knowledge
sharing untuk meningkatkan fungsi sistem pengetahuan dan informasi
pertanian. Dengan demikian, aplikasi TIK tersebut dapat berperan dalam membantu
petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan,
sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi
antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem
pengetahuan dan informasi pertanian.
Dengan
dukungan TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan pengetahuan terkait
pertanian dan kelembagaan-kelembagaan pendukung lainnya yang berpotensi untuk
bersinergi, upaya untuk mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai
di tingkat kelompok petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian
sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang
memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi
untuk memproses dan mengkomunikasikan
inovasi pertanian berkelanjutan, khususnya penyuluh pertanian dan petani.
Berdasarkan
permasalahan yang masih banyak dihadapi dalam implementasi TIK untuk mendukung
pembangunan pertanian, maka aplikasi TIK dapat dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kondisi kesiapan sumber daya yang ada di daerah. Aplikasi TIK diarahkan untuk mendukung
percepatan akses pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber informasi yang
dibutuhkan sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses pertukaran
informasi antarpihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian
berkelanjutan.
Analisis :
Metode penyuluhan berbasis TIK memang sangat bagus, namun jika melihat kondisi petani yang ada dalam menjakau akses tersebut tentu mereka masih lemah dalam mengakses TIK. Melihat keterbatasan tersebut maka aplikasi TIK perlu dimodifikasikan dengan media konvensional. Artinya informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi informasi, misalnya internet dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai kebutuhan dan karakteristik pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau fasilitator.
0 komentar:
Posting Komentar